Pondok Pesantren dan Rumah Asuh “Daarul Muthola’ah” resmi didirikan oleh Kyai Mohammad Wiyanto pada tahun 2013.
Beliau dilahirkan di Pasuruan pada hari Juma’at Legi tanggal 8 September 1978 dari seorang ayah bernama H. Nur Salam (Slamet Riyanto) dan ibu Hj.Malmunah.
Mohammad Wiyanto kecil yang biasa di panggil Yayan tumbuh dilingkungan keluarga santri, masa kecilnya mendapatkan bimbingan agama dari kakeknya KH. Muhammad Hadi yang menjadi imam masjid
sekaligus pengasuh majelis ta’lim.
Pada usia 10 tahun, melanjutkan tradisi “yantri” keluarganya, yayan kecil dititipkan untuk belajar agama khususnya ilmu Al – Qur’an di Pondok Pesantren Al – Hidayah (Pasuruan) yang diasuh oleh KH. Abu Bakar Kholil al hafidz. Selama lima tahun berada di pesantren beliau “digembleng” langsung oleh KH. Abu Bakar Kholil al hafidz untuk mendalami ilmu Qur’an. Selepas nyantri kepada KH. Abu Bakar Kholil al hafidz, beliau melanjutkan proses nyantrinya di Pondok Pesantren Tebuireng – Jombang yang didirikan oleh Hadrotus Syaikh KH. Hasyim As’ari (Pendiri Jamiyyah Nahdhotul Ulama’), ketika itu Pondok Pesantren Tebuireng di asuh oleh putra Hadrotus Syaikh KH. Hasyim As’ari yakni KH. Muhammad Yusuh Hasyim. Selama menimba ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng beliau “ngangsu kaweruh” kepada para masyayikh tebuireng antara lain KH Sansuri Badawi, KH. Ishom Hadzik, KH. Muhammad Ishak Lathif, serta ustadz – ustadz yang lain. Selepas dari Tebuireng beliau melanjutkan studi formal perguruan tinggi ke Yogyakarta.
Pada tahun 2002 beliau menikah dengan istrinya Eko Utami Widyastutiningsih dan menetap di Kaliyoso. Menurut kisahnya, Kaliyoso adalah sebuah daerah perdikan yang dihadiahkan oleh Sinuwun Pakubuwono II (Sultan Surakarta Hadiningrat) kepada Kyai Abdul Jalal atas jasa besar beliau kepada Kesultanan Surakarta Hadiningrat. Di wilayah utara Surakarta, Kaliyoso dikenal sebagai salah satu pusat dakwah yang tarbiyah Islamiyah. Di daerah inilah kemudian Pondok Pesantren dan Rumah Asuh “Daarul Muthola’ah” didirikan
Pada usia 10 tahun, melanjutkan tradisi “yantri” keluarganya, yayan kecil dititipkan untuk belajar agama khususnya ilmu Al – Qur’an di Pondok Pesantren Al – Hidayah (Pasuruan) yang diasuh oleh KH. Abu Bakar Kholil al hafidz. Selama lima tahun berada di pesantren beliau “digembleng” langsung oleh KH. Abu Bakar Kholil al hafidz untuk mendalami ilmu Qur’an. Selepas nyantri kepada KH. Abu Bakar Kholil al hafidz, beliau melanjutkan proses nyantrinya di Pondok Pesantren Tebuireng – Jombang yang didirikan oleh Hadrotus Syaikh KH. Hasyim As’ari (Pendiri Jamiyyah Nahdhotul Ulama’), ketika itu Pondok Pesantren Tebuireng di asuh oleh putra Hadrotus Syaikh KH. Hasyim As’ari yakni KH. Muhammad Yusuh Hasyim. Selama menimba ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng beliau “ngangsu kaweruh” kepada para masyayikh tebuireng antara lain KH Sansuri Badawi, KH. Ishom Hadzik, KH. Muhammad Ishak Lathif, serta ustadz – ustadz yang lain. Selepas dari Tebuireng beliau melanjutkan studi formal perguruan tinggi ke Yogyakarta.
Pada tahun 2002 beliau menikah dengan istrinya Eko Utami Widyastutiningsih dan menetap di Kaliyoso. Menurut kisahnya, Kaliyoso adalah sebuah daerah perdikan yang dihadiahkan oleh Sinuwun Pakubuwono II (Sultan Surakarta Hadiningrat) kepada Kyai Abdul Jalal atas jasa besar beliau kepada Kesultanan Surakarta Hadiningrat. Di wilayah utara Surakarta, Kaliyoso dikenal sebagai salah satu pusat dakwah yang tarbiyah Islamiyah. Di daerah inilah kemudian Pondok Pesantren dan Rumah Asuh “Daarul Muthola’ah” didirikan